Lombok Tengah, NTB — Bintang Sejahtera kembali menegaskan komitmennya dalam mendorong pendidikan lingkungan dan ekonomi sirkular melalui kolaborasi dengan tim internasional Ocean Guardians dalam proyek School of Earth 2.0 – Ocean Changemakers Movement.

Proyek ini merupakan kelanjutan dari School of Earth 1.0 yang didukung oleh INSPIRASI New Zealand Programme, sedangkan school of earth seri 2 ini merupakan bagian dari pelaksanaan Small Grant YSEALI Blue Economy Workshop yang diadakan di Batam dan Singapura pada April lalu, di mana Ocean Guardians menjadi salah satu dari lima tim pemenang. Dipimpin oleh Lalu Irfan Hadimi (Sekretaris YGBSI), tim ini beranggotakan anak muda dari Indonesia, Timor Leste, dan Kamboja yang memiliki visi bersama untuk melindungi laut dan pesisir.

Tujuan utama proyek ini adalah mengarusutamakan pendidikan pengelolaan sampah di sekolah sebagai garda terdepan dalam usaha penanaman karakter dan perubahan perilaku bagi generasi masa depan. Maka kehadiran modul pembelajaran pengelolaan sampah ini diharapkan dapat menanamkan pengetahuan akan pentingnya perlindungan lingkungan dan merubah perspektif yang diwariskan turun temurun bahwa sungai, selokan, dan tanah kosong sebagai tempat sampah. 

Melalui modul pembelajaran pengelolaan sampah, guru-guru dilatih bukan hanya bagaimana mengajar, tetapi juga bagaimana menanamkan kesadaran akan pentingnya perlindungan lingkungan. Modul ini dirancang dengan konteks lokal Lombok, serta dihubungkan dengan nilai-nilai agama dan budaya Sasak, sehingga lebih relevan dan bermakna. Dengan pendekatan ini, guru tidak hanya berperan sebagai pendidik, tetapi juga sebagai aktivis lingkungan yang memastikan keberlanjutan pembelajaran.

Pelatihan modul pembelajaran pengelolaan sampah untuk guru dari 4 sekolah sasaran.

Modul Pembelajaran Pengelolaan Sampah untuk Guru dan Siswa

Dalam implementasinya, proyek ini berhasil:

  • Mengembangkan 1 modul pembelajaran pengelolaan sampah kontekstual untuk sekolah di Lombok.

  • Melatih 8 guru dari 4 sekolah pesisir (SMKN 1 Praya, SMKN 1 Pujut, SMA 1 Mujut, SMKN 3 Pujut).

  • Melibatkan 50 siswa dalam pembelajaran langsung melalui kegiatan bersih pantai, pemilahan sampah, hingga pembuatan seni dari sampah.

  • Menjangkau lebih dari 5.573 penerima manfaat di empat sekolah tersebut.

Selain itu, dua sekolah telah mulai mengirimkan sampah daur ulangnya ke fasilitas Bintang Sejahtera dengan total 426 kg(262 kg dari SMKN 1 Praya dan 164 kg dari SMKN 1 Pujut).

Hasil dari program ini nyata:

  • 413 kg sampah laut berhasil diselamatkan, termasuk 92 kg yang berhasil didaur ulang.

  • 3 dari 4 sekolah telah berkomitmen melanjutkan kerjasama dengan Bintang Sejahtera melalui MoU (1 sudah ditandatangani, 2 dalam proses drafting).

  • Guru dan siswa menunjukkan perubahan perilaku, dari mulai inisiatif siswa membersihkan halaman sekolah tanpa disuruh, hingga rencana OSIS melakukan kampanye pemilahan sampah.

  • Tumbuhnya semboyan “Sampahku Tanggung Jawabku” di kalangan siswa sebagai identitas baru.

     

Sebagai mitra lokal, Bintang Sejahtera tidak hanya menyediakan fasilitas pengelolaan sampah daur ulang, tetapi juga memastikan rantai keberlanjutan berjalan. Melalui MoU dengan sekolah, kami membantu memastikan bahwa pembelajaran tidak berhenti di kelas, melainkan terhubung dengan praktik nyata dan kontribusi terhadap ekonomi sirkular.

“Kami percaya pendidikan lingkungan bukan sekadar teori, tapi harus menjadi praktik nyata yang mengubah perilaku. Kolaborasi ini menunjukkan bahwa anak-anak Lombok bisa menjadi penggerak utama perlindungan laut dan ekonomi biru,” ujar Lalu Irfan Hadimi, sebagai project leader Ocean Guardians.

Proyek School of Earth 2.0 adalah langkah besar menuju Lombok Bebas Sampah. Dengan keterlibatan guru, siswa, dan sekolah sebagai agen perubahan, serta dukungan Bintang Sejahtera dalam rantai pengelolaan sampah, inisiatif ini menjadi model yang dapat direplikasi di wilayah pesisir lain di Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *